Dia yang Tak Tergantikan

Ilustrasi. (Istimewa)

Sosok ayah merupakan sosok laki-laki pertama yang dikenal oleh seorang anak perempuan. Di matanya, sosok laki-laki pertama yang dikenalnya ini juga dinobatkan sebagai laki-laki yang dapat diandalkan dan selalu ada di saat apapun.

Entah memulainya darimana, lelaki idaman yang selalu menyempatkan waktu untukku dikala kesibukannya ini memang layak dan harus dikasih penghargaan. Namun, piagam sekalipun tidak dapat membayar semua pengorbanannya.

Kasih ibu memang sepanjang masa, tetapi kasih ayah tak lebih kurang dari itu. Setiap langkahnya terdapat doa dan harapan untuk menjadikan aku sebagai wanita yang hebat. Ia membiarkan aku berada di dalam suatu kesulitan kecil dan tidak membantuku. Bukan maksudnya untuk menyiksaku, justru dari situ ia mengajarkan aku untuk menjadi perempuan yang berani mengambil keputusan.

BACA JUGA:  Lenong Betawi: Tradisi Refleksi Identitas Komunitas Masyarakat Betawi

Hubungan antara aku dan ayahku memang sangat unik. Terkadang aku sangat kesal, ayahku terbilang lelaki yang protektif untuk dunia percintaan, seperti tak ingin tergantikan posisinya. Ia selalu menginterogasiku jika aku diantar pulang oleh teman laki-lakiku. Lucunya setiap aku berkata ‘hanya teman biasa’ ayahku seolah tak percaya dan memberi tatapan konyol kepadaku. Lelahku seharian seperti terlupakan akibat tingkah ayahku.

BACA JUGA:  Profil Anak Betawi Gak Ketinggalan Zaman

Ayah selalu menjadi pelipur laraku, ayahku selalu beradegan konyol dengan menirukan suara-suara beberapa artis atau bernyanyi dengan mendalami maknanya sehingga membuatku dan keluargaku menertawakan aksinya.

Aku tahu sebenarnya ia merasa lelah, tetapi ia tak pernah menunjukkan kelelahannya kepadaku. Aku tahu sebenarnya ia hancur ketika melihatku sedang sakit, tetapi ia tidak pernah menunjukkan kehancurannya kepadaku. Bahkan ia selalu mencoba menghiburku dan menghidupkan suasana di rumahku.

Walaupun aku sudah tidak menjadi putri kecilnya, tetapi ayahku selalu menjadi penjagaku. Ayah selalu mengarahkanku di dalam setiap fase pertumbuhanku. Hingga beberapa waktu lalu aku genap menjadi seorang perempuan dewasa. Aku semakin berpikir berapa lama lagi aku akan meninggalkan ayahku? Berapa lama lagi posisi ayahku akan tergantikan oleh posisi calon suamiku?

BACA JUGA:  Problematika Bahasa Indonesia : Pengaruh Bahasa Gaul pada Remaja

Memikirkan hal itu, aku selalu ingin menghentikan waktu jika sedang bersama ayahku. Aku selalu berharap sosok seperti ayahkulah yang aku idamkan untuk menggantikan posisinya.
Ayah, meskipun ada sosok laki-laki lain yang menggantikanmu. Aku selalu berjanji akan tetap menyayangimu. Terima kasih ayah, posisimu di hatiku tak akan pernah berubah! [Putri Rahmadanti/PNJ]