
“ You can have high blood pressure for years without any symptoms,” – Mayo Clinic
High Blood Pressure atau dikenal dengan hipertensi adalah penyakit yang banyak menjangkiti masyarakat di berbagai dunia. Hampir semua orang mulai dari remaja sampai usia tua takut akan penyakit ini karena hipertensi dapat terjadi tanpa memandang usia. Hal ini sedikit menjawab mengapa hipertensi banyak menjangkiti masyarakat di belahan dunia.
Istilah hipertensi atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai tekanan darah tinggi, menjadi salah satu penyakit yang berkelanjutan dalam jangka waktu panjang. Seperti yang dikatakan oleh Anderson dalam bukunya, hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Sedangkan keadaan tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg.
“Sillent Killer” Tanpa Gejala
Di Indonesia, berdasarkan laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2007 yang dibuat oleh BPPK Departemen Kesehatan mengatakan bahwa 3 dari 10 orang Indonesia mengalami hipertensi. Secara umum, Anda pasti berpikir bahwa setiap penyakit pasti memiliki gejala dan penyebab sebagai pendeteksi awal. Sayangnya, hampir sebagian besar orang yang memiliki tekanan darah tinggi tidak menyadari penyakitnya. Ini karena hipertensi adalah penyakit yang tidak memiliki gejala dan disebut “silent killer” atau membunuh diam-diam.
Meski hipertensi umumnya tidak bergejala, bukan berarti penyakit ini tidak berbahaya. Ketika seseorang mengalami hipertensi, ia akan merasakan sakit yang luar biasa khususnya di bagian kepala dan tengkuk. Hipertensi yang tidak diketahui akan berkelanjutan dan mengganggu keseimbangan organ tubuh lainnya. Seorang Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia, Malona Yosephine menjelaskan efek jangka panjang penyakit hipertensi.
“ Efek jangka panjangnya ya banyak. Mulai dari serangan jantung, stroke, gagal ginjal, susah melahirkan normal, dan lain-lain,” ungkapnya.
Walaupun gejala hipertensi tidak bisa diketahui, namun penyakit hipertensi dapat terjadi karena beberapa penyebab. Diantaranya, usia, keturunan, obesitas, kurang berolahraga, dan merokok.
Oleh karena itu, setiap orang dianjurkan untuk rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah setiap dua tahun sekali untuk mengetahui keadaan tekanan darah agar tidak menderita hipertensi.
Atasi dengan Diet Rendah Garam
Bagi seseorang yang menderita hipertensi sangat dianjurkan untuk melakukan diet rendah garam. Sebuah sumber mengatakan bahwa rata-rata orang Asia mengkonsumsi garam 2x lipat lebih banyak dari batas rekomendasi, yaitu 12gr/hari. Anjuran normalnya adalah 6gr/hari atau 1 sdt garam (mengandung kurang lebih 2000 mg natrium).
Konsumsi garam berlebihan menyebabkan kadar garam di dalam tubuh terlalu tinggi. Kondisi ini menyebabkan keseimbangan cairan tubuh terganggu. Akibatnya, terjadi retensi garam dan air dalam jaringan tubuh (endema) dan meningkatkan tekanan darah (hipertensi). Untuk itu, sangat diperlukan diet rendah garam bagi penderita hipertensi. Tujuan dari diet rendah garam ini adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air di dalam jaringan tubuh.
Mengapa perlu melakukan diet rendah garam bagi penderita hipertensi? Mahasiswa Ahli Gizi, Politeknik Kesehatan Jakarta 2, Tamara Adelya mengungkapkan alasannya. “ Karena natrium salah satu resiko yang ikut berperan terjadinya hipertensi. Jadi, natrium yang ada di garam ini kan bermanfaat buat menjaga regulasi volume dan tekanan darah, kandungan garam yang tinggi bisa ganggu kerja ginjal. Garam yang didapat oleh tubuh itu kan gak cuma berasal dari garam dapur yang dipake buat masak, tetapi juga dari setiap bahan makanan yang kita makan sebenarnya mengandung garam. Makanya diperlukan diet rendah garam buat orang hipertensi supaya membatasi konsumsi garamnya ,” ujarnya.
Pada penderita hipertensi disarankan untuk mengkonsumsi garam sebanyak 200 mg per harinya. Selain itu, penderita hipertensi biasanya harus banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung sumber protein hewani seperti ikan dan telur. Dengan diet rendah garam ini diharapkan jumlah garam yang dikeluarkan tubuh sama dengan jumlah garam yang dikonsumsi. Jadi, atasi hipertensi dengan diet rendah garam sebelum menimbulkan kematian. (Yuli Nurhanisah/PNJ)