Cahaya Dibalik Kehidupan

Ilustrasi. (Istimewa)

Dilahirkan sebagai anak pertama dalam sebuah keluarga, apa yang bakal dirasakan? Harus ikhlas dan lapang dada menjadi anak pertama karena sering kali ia harus banyak berjuang sendirian, tapi seringnya dijadikan tumpuan.

Pada kandungan Ibu yang pertama sangatlah memiliki hal berat padanya. Bukan hal mudah membawa sang calon ke sana-kemari. Ketika ia lahir, inilah yang ditunggu olehnya. Menjadi anak pertama dari sebuah keluarga merupakan hal yang cukup berat mengingat tanggung jawab dan peran yang ada dipundaknya. Kesan anak pertama sangat erat dengan sosok yang tegar dan mendiri. Lantas bagaimana kalau anak pertamanya itu adalah seorang perempuan. Sering kali kesan tegar dan mandirinya itu terbungkus dalam balutan feminim khas perempuan.

BACA JUGA:  Perubahan Pola Interaksi Sosial dalam Keluarga akibat Ketergantungan Teknologi

Seperti kata orang tua, anak pertama itu harus bisa jadi panutan untuk adik-adiknya. Lebih lagi jika bisa bermanfaat luas untuk masyarakat. Anak pertama adalah pembuka jalan bagi adik-adiknya karena dari seorang kakaklah adik akan belajar lebih banyak. Kehidupan akan menuntun untuk terus belajar. Maka biasanya anak pertama akan melanjutkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi dan berharap bisa memenuhi harapannya untuk membahagiakan kedua orang tuanya.

Sering kali sebagai anak pertama ia merasa menyesal, mengapa harus dilahirkan sebagai anak pertama? Takdir tak bisa diubah dan ditukar. Beban pada anak pertama akan utuh sampai kapan pun. Jangan salahkan Ibu yang mengandung, ia hanya membawa dan mendidik anak-anaknya terutama anak pertama agar mampu berjalan di atas kepemimpinan. Peran awal ada dipundaknya, memberikan segala pembelajaran dan perkenalan akan amanah. Apa itu mudah? Tidak sebab untuk mendidiknya butuh perjuangan yang begitu besar.

BACA JUGA:  Perubahan Pola Interaksi Sosial dalam Keluarga akibat Ketergantungan Teknologi

Bayangkan jika sosok sang Ibu sudah tiada, seorang anak akan kehilangan sumber utamanya. Tidak ada tempat baginya untuk menaungi segala hal apa yang ia butuhkan. Kehidupannya akan berubah karena hal itu tidak ada tempat penuangan.

Dengan begitu sudah sepantasnya sebagai anak harus mensyukuri nikmat yang telah Allah Subhanallahu wa ta’ala berikan, entah dilahirkan sebagai anak pertama, kedua, atau bahkan ketiga itu semua adalah sebuah ciptaan yang sudah diatur.

BACA JUGA:  Perubahan Pola Interaksi Sosial dalam Keluarga akibat Ketergantungan Teknologi

Harapan Ibu pada anak pertamanya agar menjadi panutan untuk adik-adiknya. Dapat pula menjadi seorang anak yang solehah dan bisa membanggakan bagi orang di sekitarnya. Apapun yang ia lakukan pastinya untuk kebaikan dan kebahagian anaknya kelak. (Hana Nurul Jannah/PNJ)

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait