Selama 2015, 300 Ribu Balita Meninggal Akibat Diare

Ilustrasi. (Istimewa)
Ilustrasi. (Istimewa)

DEPOKPOS – Berdasarkan data Unicef, lebih dari 300.000 anak dibawah lima tahun meninggal karena penyakit diare akibat kurangnya akses air bersih, sanitasi dan higiene pada 2015.

Kepala global WASH (Water, Sanitation and Hygiene) Unicef Sanjay Wijesekera menegaskan pihaknya mendesak anak-anak, keluarga dan masyarakat untuk membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun guna mencegah penyebaran penyakit.

“Setiap tahun, 1,4 juta anak sakit akibat penyakit-penyakit yang bisa dicegah seperti pneumonia dan diare,” katanya dalam siaran pers, Jumat (14/10/2016).

Dia menambahkan angka ini sangat mengkhawatirkan tapi sangat bisa dikurangi dengan mendorong anak-anak dan keluarga untuk mengadopsi solusi yang sangat sederhana yaitu mencuci tangan.

“Kita tahu kegiatan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah menggunakan toilet, misalnya, dapat mengurangi infeksi diare hingga 40%,” tegasnya.

Setiap tahun, lanjutnya, antara 136.000 dan 190.000 anak meninggal di Indonesia sebelum mereka dapat merayakan ulang tahun yang ke-5 (Levels & Trends in Child Mortality – 2014 Report. Estimates developed by the UN Inter-agency Group for Child Mortality Estimation). Artinya, dalam setiap jam ada 15 hingga 22 anak yang meninggal di Indonesia karena penyakit-penyakit yang bisa dicegah terkait dengan diarea dan pneumonia.

“Angka ini bisa berkurang drastis berkat sanitasi dan hygiene yang baik karena 80% kematian akibat diare disebabkan oleh kurangnya fasilitas air, sanitasi dan higiene,” paparnya.

Praktik mencuci tangan yang baik, katanya, juga kontribusi terhadap perkembangan anak karena mereka bisa bersekolah. Mencuci tangan meningkatkan tingkat kehadiran di sekolah dengan mengurangi penyebaran penyakit-penyakit yang bisa dihindari dan artinya anak-anak tidak akan tinggal di rumah karena sakit.

“Mencuci tangan adalah metode pencegahan utama untuk menjaga anak-anak dari penyakit. Mencuci tangan mudah dilakukan, sederhana, murah dan terbukti bisa menyelamatkan banyak nyawa,” ucap Wijesekera.

Program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yang dicanangkan Pemerintah Indonesia fokus pada pentingnya pendekatan inter personal yang lebih kuat untuk menciptakan kebutuhan akan lima isu utama WASH yaitu penggunaan toilet, mencuci tangan dengan sabun, menyimpan air minum dengan baik dan aman serta sistem pembuangan kotoran.

Menargetkan anak-anak sekolah sangat penting karena berdasarkan estimasi hanya 12% anak berusia antara 5 dan 14 tahun yang mencuci tangan setelah buang air besar, 14% mencuci tangan mereka dengan sabun sebelum makan dan 35% mencuci tangan mereka dengan sabun setelah makan (Riskesdas 2013).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan dukungan dari UNICEF, akan menyelenggarakan pertemuan internasional di Jakarta pada November untuk memperkuat praktik hygiene yang sangat penting ini di sekolah-sekolah di Indonesia.

Perlu diketahui, faktanya wajib mencuci tangan karena 1 gram feses mengandung 100 juta bakteri, 1 dari 5 orang di dunia mencuci tangan sesudah menggunakan toilet, setiap tahun 1,7 juta anak meninggal sebelum usia lima tahun karena diare dan pneumonia, ketika anak-anak mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet atau sebelum makan, mereka mengurangi risiko diarea sebanyak 40%, infeksi pernafasan akut seperti pneumonia adalah penyebab utama kematian anak dibawah usia lima tahun, bukti menunjukkan mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet dan sebelum makan dapat mengurangi angka infeksi pneumonia pada anak hingga seperempatnya.