Mimpi yang Mati

Ilustrasi.
Ilustrasi.

Berawal dari ketidaksengajaan yang membawanya ke dalam mimpi. Hari dimana firasat yang mengajak untuk memilih dan duduk di kelas itu.

Pandangan pertama cinta itu tumbuh yang selama ini selalu dia pendam karena rasa takut. Sebenarnya cara yang dilakukan sama dengan pria lain, entah apa yang membuat dia berani membunuh rasa takut itu dan mulai menyambutnya.

MZ itulah inisial pria itu. Hidup dia seakan berwarna saat mengenalnya, berat badan mendadak naik sampai dia lupa cara menurunkannya. Caranya yang membuat selalu tersenyum dan mungkin sikapnya yang membuat dia kembali merasakan kasih sayang seorang ayah.

Pria itu yang mendidik dia menjadi wanita tegar seperti ini, kesederhanaan yang diberikan sebagai titik kebahagiaan. Banyak hal yang dilewati bersama itulah yang tidak akan pernah dia hapus dari fikiran.

Yang dia takuti dan tak diharapkan akhirnya tiba, alasan yang membuat dia bertanya dan berlari mengejar jawaban. Di sinilah aku paham bahwa kebahagiaan itu datangnya dalam hitungan detik. Cinta pertama, hidup pertama, dan pria pertama dia terbang ke dalam mimpi yang mati dan entah kapan mimpi itu akan hidup kembali.

Pada saat ini mungkin dia berfikir pria itu membutuhkan waktu untuk menghabiskan masa mudanya. Ibarat dia punya apa? Dia hanya wanita yang setiap bertemunya terpampang lugu memakai kaos, jeans, sendal jepit dan pribadi yang sangat sederhana. Sakit dan sulit memang menjalaninya tapi prinsip dia, “Yakin apa yang harus diyakinkan, jalan apa yang harus dijalani”.

Tidak bisa menjadi wanita munafik yang berkata, “kalau menjalani ini semua tidak sakit!” bukan berarti maksud dia ingin berpura-pura tegar tapi dia hanya ingin membuat suana tidak ikut hanyut dalam apa yang sedang dia rasakan.
Kadang terlintas mungkin mimpi itu tidak akan jadi nyata kembali. Tetapi dia akan membiarkan cerita cinta ini terus mengalir tanpa henti sampai titik tertutup dengan batu yang kokoh.

Hanifah Nur Sabillah