Indonesia Harus Bangga Punya Budaya Ini

Indonesia terkenal akan kekayan alamnya, juga kekayaan budaya yang ada didalamnya. Indonesia terdiri dari berbagai suku, bangsa, ras, dan agama. Inilah yang menjadikan budayanya beraneka ragam.

Kalau ditilik secara mendalam, Indonesia memiliki satu budaya unik. Hanya ada satu di Indonesia, oleh karena itu sebaiknya budaya ini harus dijaga dan tetap dilestarikan. Ya, budaya Minang Kabau. Berasal dari daerah Sumatera Barat, Padang.

Budaya Minang Kabau yang sangat unik di Sumatera Barat ialah istilah bagi perempuan dengan julukan Bundo Kanduong. Bundo Kanduong sendiri artinya Bunda Kandung dalam bahasa Indonesia.

Maksudnya, terdapat sistem matrilineal yang diangkat dalam masyarakat. Hanya dua negara di dunia yang terkenal dengan sistem kekerabatan ini, yaitu Indonesia dan India. Seperti dilansir dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bundo_Kanduang, Bundo Kanduong adalah julukan kepada perempuan yang memimpin suatu keluarga dalam Minang Kabau baik sebagai ratu maupun selaku ibu dari raja (Ibu Suri).

BACA JUGA:  Tata Kelola: Komparasi Audit Konvensional dan Syariah

Gelar ini pertama kali diberikan kepada Dara Jingga (Putri Raja Tribuanaraja Mauliawarmadewa) yang dinikahi oleh seorang bangsawan Kerajaan Singasari pada waktu ekspedisi pamalayu. Rohana Kudus, sosok melegenda ini juga dijuluki Bundo Kanduong.

“Bundo Kanduong berperan sekali dalam ‘rumah gadang’¹ untuk menentukan nasib anaknya yang nantinya akan dikelola oleh mamak². Makanya ada istilah ‘anak dipangku, kamanakan dibimbiang’³.

Ini sudah ada sejak istilah ‘Alam Takambang Manjadi Guru’ muncul. Dapat kita lihat juga sejarahnya dalam buku A.A Navis dan buku BAM (Belajar Adat Minangkabau),” ujar budayawan Minang Kabau Yandra Putra, S.Sn.

Ia pun menjelaskan bahwa maksud dari Alam Takambang Manjadi Guru ialah siapapun dan apapun yang ada di muka bumi ini dapat dijadikan sumber untuk belajar, sampai kapanpun belajar itu merupakan kewajiban.

BACA JUGA:  Tata Kelola: Komparasi Audit Konvensional dan Syariah

Adapun kelebihan dan kekurangan yang terkandung dalam budaya ini yaitu Bundo Kanduong sebagai penerima harta pusako (seorang wanita) yang diidentikkan lemah sebaiknya berorientasi di dalam keluarga dengan menjaga apa yang telah diwariskan pendahulunya.Oleh karena itu diberikan kepada perempuan yang akan memangku.

Sedangkan yang menjadi kekurangan dalam budaya ini ialah anggapan dari budaya lain yang menganggap budaya ini kurang baik. Hal ini dikarenakan peran laki-laki tidak terlalu nampak di dalamnya. Padahal dalam Islam, bagaimana pun juga laki-laki adalah pemimpin.

“Namun itu tidaklah masalah, karena memang dalam adat Minang Kabau laki-laki diwajibkan untuk berorientasi ke dalam dan ke luar. Jadi, sosok laki-laki di sini sangat dibutuhkan untuk menjadi pemimpin. Biarlah kaum perempuan yang berkewajiban menjaga.” Begitu penjelasan budayawan Minang Kabau ini, ditambah ia merupakan keturunan Minang asli dan istrinya juga. Yandra sudah terbiasa melakukan aktivitas kebudayaannya, sedang sang istri tercinta diwajibkan menjaga apa yang telah diwariskan kepadanya dan keluarganya.

BACA JUGA:  Tata Kelola: Komparasi Audit Konvensional dan Syariah

¹ adalah nama rumah adat Minang Kabau, Sumatera Barat.
²sebutan untuk paman, adik kandung dari ibu.
³‘anak dipangku, kamanakan dibimbiang’³ merupakan istilah yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Anak dipangku, kemenakan dibimbing.

Annisa Ramadhani
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui WhatsApp di 081281731818

Pos terkait