
Iket sunda merupakan warisan budaya leluhur yang sampai saat ini terus dilestarikan. Walupun masih banyak yang salah merebutnya, karena mirip dengan udeng bali, namun iket sunda mempunyai ‘jati diri’ dan ciri khas sundanya.
Iket adalah tutup kepala dari kain yang diikatkan melingkar di kepala. Sebagian iket terbuka bagian atasnya dan sebagain lagi bagian atasnya tertutup tergantung dari cara mengikatkannya. Dulu warna iket hanya terbatas hitam atau putih, tetapi seiring perkembangan zaman, kini warna iket bisa bervariasi, bahkan motif dan corak iket pun terus berkembang.
Bentuk iket yang berbeda bukan melambangkan kasta, kedudukan, atau status sosial di masyarakat tetapi menunjukan fungsi pekerjaan Si Pemakai karena di Tatar Sunda tidak dikenal kasta tetapi sejajar sesuai dengan istilah Padjadjaran (Pajajaran) yang mengandung arti “sejajar” atau “kesejajaran”.
Istilah iket berasal dari bahasa Sunda yang akrtinya “ikat” atau “ikatan” dikenal juga dengan sebutan totopong. Di Bali iket dikenal dengan istilah Udeng. Dalam sejarah iket, antara iket Sunda dan udeng Bali terdapat hubungan erat meski mempunyai bentuk dan model berbeda.
Menurut Jajang Sugandi seorang budayawan asal Sukabumi, iket merupakan budaya persatuan dan sebuah simbol yang artinya mengikatkan dan menyatukan empat unsur dalam diri dan mengikatkan kita dengan hukum yang diatur dalam agama.
Selain itu menurut Kang Jajang, walaupun sudah banyak baju dan produk pakaian yang lebih bagus, tetapi anak muda zaman sekarang sudah mulai banyak memakai iket ini.
Budaya memakai iket ini di Bandung sudah di terapkan oleh sekolah, maupun instansi pemerintahan dan mulai merabah ke daerah-daerah lain khusunya Jawa Barat. Istilah budaya memakai iket pada hari tertentu disebut Rebo Nyunda. Istilah tersebut pertama dipakai oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil untuk melestarikan iket sunda itu sendiri.
Budaya iket sunda ini pun sudah banyak dipelopori oleh pejabat daerah seperti Dedi Mulyadi Bupati Puwakarta yang sudah menjadi ciri khasnya dalam berpakaian dan memakai iket Sunda.
Yang penulis alami ketika memakai iket sunda, rasa percaya diri yang kuat dan menjadi perhatian orang lain untuk melihatnya. Tertarik bukan untuk memakai iket sunda?
Tidak perlu khawatir untuk mencari iket sunda dan malu untuk memakainya. Sudah banyak online shop dan toko yang menjual iket sunda dan harganya terjangkau. Tunggu apalagi mari lestarikan budaya.
Syamsul Najib Khoirullah