
Tak ada yang dapat menandingi pengorbanan seorang ayah. Walaupun hidupnya susah, ia tak pernah menginginkan anaknya sama seperti dirinya. Ia sangat berharap anaknya lebih berharga daripadanya. Demi seorang anak, ayah rela membanting tulang tanpa mengharapkan imbalan.
“Pendidikan hendak membuat hidupmu lebih berharga, Nak! Selama kamu mau belajar, ayah siap membiayai sekolahmu. Mulai sekarang kita berkompetisi, kamu berjuang mencari ilmu, ayah berjuang untuk biayanya. Ingat! Jangan ada yang menyerah diantara kita.” Ujar Ayah dengan raut wajah seperti menyimpan sejuta harapan kepada anaknya yang hendak merantau esok pagi.
Layung-layung menghiasi sore yang cerah. Seorang anak dan ayahnya duduk di sebuah ranjang kecil menghadap ke arah persawahan. Ranjang dari bambu warna kuning menjadi saksi perjanjian antara keduannya. Seorang anak yang sejak tadi menunggu ayahnya membajak sawah kerena musim panen telah berakhir terdiam sejenak mendengarkan pesan-pesan sang ayah. Wajah sang ayah terlihat kusam karena percikan lumpur. Hal itu membuktikan bahwa ia adalah laki-laki pekerja keras.
Hembusan angin di persawahan menghiasi sore itu, terlebih lagi esok pagi anaknya akan pergi untuk menuntut ilmu. Anak itu terlihat sedih karena akan meninggalkan tanah kelahirannya yang sangat indah. Tetapi, cara itulah yang harus dilakukannya. Sang ayah ingin anaknya memperoleh pendidikan yang sangat tinggi.
Ia adalah seorang ayah yang sangat penyayang. Ia selalu menegaskan bahwa solat lima waktu dan mengaji tidak boleh ditinggalkan. Ayah juga selalu menasehati anaknya tentang pentingnya sebuah pendidikan. Ia ingin anaknya berpendidikan tinggi tak seperti dirinya yang hanya lulusan sekolah dasar. Bukan karena tidak mau, ayahnya terpaksa putus sekolah karena biaya.
Karena itulah ayah selalu menegaskan kepada anaknya bahwa belajar harus bersungguh-sungguh, karena pendidikan hendak membuat hidupnya jauh lebih baik. Melihat raut wajahnya seperti memompa semangat dalam jiwa. Wajahnya terlihat menua seperti memberikan isyarat bahwa anaknya harus bersungguh-sungguh. Dia berharap anak sulungnya mendapatkan ilmu yang tinggi.
Ayah, laki-laki paruh baya yang sangat menginspirasi. Ia adalah seorang pekerja keras dan taat beribadah. Pepatahnya bahwa hidup akan berhasil jika bersungguh-sunguh dan disertai doa. Meskipun ayahnya tidak berpendidikan tinggi, hidupnya penuh dengan rasa syukur. Ayah selalu berpesan kepada anaknya bahwa pendidikan itu sangat penting. Dengan pendidikan semuanya akan mudah, dengan pendidikan segalanaya akan lebih berharga, dengan pendidikan hidup akan lebih bermakna. Karena itu selagi mampu ayah ingin anaknya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin sehingga kehidupan anaknya tak akan sesulit dirinya. Ayah adalah malaikat tanpa sayap yang nyata.
RIPAL SEPTIANA
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta