Cerita Tentang Pengabdian dan Keikhlasan

Bila dicari dalam silsilah keluarga, hingga kini aku pun tak dapat menemukannya, namun aku pun bingung bagaimana Bude Temu atau biasa ku panggil Bude Mu bisa seikhlas itu merawat keluarga ayahku. Bude Mu bukanlah pembantu, namun ia merupakan orang kepercayaan keluarga besar ayahku. Sejak sebelum aku lahir pun ia telah lama tinggal di rumah nenekku. Ayah budemu adalah staff kakekku saat masih muda dulu, karena pengabdiannya ia diberi tempat tinggal di samping rumah kakekku. Pengabdian ayah budemu ternyata diturunkan ke anaknya, hingga kini ia masih merawat rumah keluarga besar yang penghuninya sudah mempunyai keluarga masing-masing.

Bude mu hingga kini belum menikah, tak tau pasti apa alasannya, namun jelas dia bukan orang yang tidak suka anak-anak. Waktu aku kecil, aku selalu ditemani saat mandi ataupun tidur bila yang lain sibuk dan tak sempat menemaniku. Ia juga sayang dengan keponakannya, yang menjadi teman mainku bila sedang menginap di rumah nenek.

Bude mu juga orang yang merawat nenek dan kakek disaat anak-anaknya tinggal cukup jauh dari rumah. Bude mu menganggap kakek dan nenek sebagai orangtuanya maka dari itu ia sigap apabila diminta tolong oleh nenek dan kakekku. Hal itu menambah penghargaan terhadapnya oleh keluarga besarku tinggi. Bude mu juga kami anggap seperti keluarga sendiri.
Meninggalnya kakek dan nenek

Setelah terkena penyakit gula, kondisi kakekku makin lama makin memburuk. Bude mu merupakan orang yang paling tahu kondisi kakekku. Hingga saat kakekku meninggal bude mu salah satu orang yang melihat prosesnya. Tak henti-hentinya ia menangis, terpukul sudah pasti ia rasakan. Orang yang ia anggap sebagai ayah keduanya telah tiada. Setelah dirawatnya cukup lama, akhirnya kakekku pergi meninggalkannya.

Belum lepas dari kesedihan, bude mu bagaikan dipukul lagi oleh kenyataan. Selang 3 hari setelah kepergian kakekku, nenekku juga pergi meninggalkan dunia. Kesedihan mendalam tak henti-henti muncul dari raut muka bude mu. Bagaimana tidak? Orangtua keduanya telah tiada. Tak ada lagi yang bisa ia rawat. Hanya pengabdian yang bisa ia berikan kepada kakek dan nenek.
Pengabdian yang ia berikan, seperti tak ada habisnya. Hingga kini ia masih ikhlas merawat rumah yang hanya sekali-sekali didatangi oleh keluarga besarku.

Rooza Andalika