
SUBANG, (22/2) – Tak ada kata sulit kalau kita mau berbuat. Itulah yang dilakukan pasangan suami istri dari Subang, Jawa Barat. Awalnya mereka kesulitan memperoleh sayuran untuk kebutuhan sehari-hari, kemudian muncul ide menerapkan sistem budidaya hidroponik. Brian dan Puspasari warga Simpar RT 04 RW 02, Cipunagara Subang terus mencoba, dan akhirnya mereka bisa menikmatinya.
“Awalnya sih pasti karena kebutuhan hidup. Kami merasakan cari sayuran itu susah. Jadi kami coba terapkan sedikit yang kami punya,” kata Puspasari kepada koresponden Depokpos, Minggu (21/2/2016).
Kemudian dilakukan pengembangan dengan berbagai ekperimen.
“Saya sendiri sudah lama kembangkan tanaman organik. Baru pada awal tahun 2013 kami coba pola hidroponik. Setelah setahun lebih baru bisa luncurkan produk,” katanya.
Menurut Puspasari, definisi sederhana dari hidropinik adalah bertanam sayuran atau tanaman lain dengan air sebagai media pengantar hara ke akar.
Sementara kebutuhan atau syarat terwujudnya hidroponik adalah adanya air, cahaya, hidroton, rokul (media tanam dari bahan batu tapi lunak seperti kapas), bisa juga bubuk batu bata, dan tempat atau wadah bekas yang bisa untuk menampung air.
Dari segi penggunaan airnya ada yang dengan sistem sirkulasi, statis (air diam tak berputar), sistem tetes, dan siram.
“Keunggulan bercocok tanam menggunakan hidropinik ini tak mengenal cuaca, tak mengenal musim. Kita bisa mengatur masa panen dipercepat atau diperlambat,” jelasnya.
Ambil contoh tanaman sayuran Kangkung yang normalnya dalam 25 sampai 30 hari dipanen. Dengan hidroponik ini hanya cukup 10 hari saja bisa panen. Junlah tanaman kangkung yang dipanennya pun bisa dua kali lebih banyak. Kuncinya dengan cara mengatur asupan nutrisi dalam air.
“Jadi kita juga bisa mengatur kapan saat yang bagus untuk dijual atau kapan harus tidak dipanen. Kadang kadang kan petani suka dipermainkan harganya oleh tengkulak. Kita bisa hindari itu,” pungkasnya. (Tedy)
Komentar