Dongeng Zaman Dahulu

Ilustrasi.
Ilustrasi.

Dongeng-dongeng zaman dahulu selalu ia ceritakan. Dongeng asal muasal suatu tempat misalnya. Pengalamannya ketika sedang kesulitan, pengalamannya menghadapi kehidupan, semua ia ceritakan pada sang cucu. Ia menginginkan sang cucu memiliki pengetahuan yang luas.

Rambut yang sudah memutih tidak menghalangi langkahnya untuk melakukan hal yang akan membuat cucunya bahagia. Begitulah yang dilakukan oleh seorang kakek. Tatapan penuh kasih sayang dipancarkannya pada sang cucu ketika berkomunikasi dengannya. Tanpa nada suara tinggi, ia membalas setiap pertanyaan sang cucu dengan lemah lembut dan sabar.

Tangannya yang sudah mulai keriput menggendong sang cucu ketika menangis. Baginya cucu adalah anak kecil yang membuat hari-harinya berwarna. Setiap apa yang diinginkan oleh sang cucu, selalu berusaha ia penuhi. Ia selalu berusaha mengabulkan keinginan-keinginan kecil sang cucu. Tidak banyak yang ia minta dari sang cucu sebagai balasan. Ia hanya meminta sang cucu untuk belajar dengan giat, berbakti pada orang tua serta rajin beribadah. Tak sedikit pun teriakan ataupun kemarahan yang pernah keluar dari mulutnya. Ia selalu membicarakan suatu masalah dengan hati dan senyum yang tenang.

BACA JUGA:  Lenong Betawi: Tradisi Refleksi Identitas Komunitas Masyarakat Betawi

Dongeng-dongeng zaman dahulu selalu ia ceritakan. Dongeng asal muasal suatu tempat misalnya. Pengalamannya ketika sedang kesulitan, pengalamannya menghadapi kehidupan, semua ia ceritakan pada sang cucu. Ia menginginkan sang cucu memiliki pengetahuan yang luas. Pesan-pesan kebaikan selalu disampaikan.

Kasih sayang yang dirasakan darinya sangatlah berharga untuk disimpan. Suara lemah lembut membuat hati sang cucu selalu tenang, semua dukungan ia berikan yang tebaik untuk cucunya. Hanya suaranya yang bisa menghentikan tangisan sang cucu.

BACA JUGA:  Roti Buaya: Tradisi Seserahan dan Simbol Kesetiaan Masyarakat Betawi

Ia selalu ada ketika sang cucu menghadapi kesulitan. “Tidak masalah kamu tidak diterima di universitas itu, jangan menangis, kakek akan mengusahakan semuanya yang terbaik, berhentilah menangis,” katanya dengan suara lembut yang terdengar dari telepon, ia berusaha untuk menenangkan cucunya yang menangis karena merasakan kegagalan. Sangat beruntung mendapatkan kakek yang penuh kasih sayang dan perhatian.

Ketika jarak memisahkannya dengan sang cucu, ia hanya bisa menelepon dan menanyakan kabar cucunya setiap hari tanpa bertemu. Walaupun begitu ia selalu mencurahkan rasa kasih sayangnya dengan cara apapun. Ia selalu menanyakan kondisi dan keadaan sang cucu. Selalu memberikan dorongan positif untuk menjalani kehidupan. Selalu berusaha berada di barisan paling depan ketika sang cucu menghadapi kesulitan.

BACA JUGA:  Tantangan Kecerdasan Emosional pada Era Digital bagi Pendidikan Anak

Inda Wulandari